"Welcome to Zhyfa-Dukhita blog , thanks for your Visit. please give some commments and I will visit yours immediatelly"

Minggu, 01 Mei 2011

NGGAK USAH SEDIH, ALLAH BESERTA KITA

 “Janganlah kamu berduka cita, sesungguuhnya Allah beserta kita..” (QS. At-Taubah 9:40)
Gak usah sedih,,,,
Kalimat itu terkesan agak jemawa. Rada sok, masa’ sih, sedih di-gak usahkan? Padahal, merasa sedih itu kan manusiawi?sedih itu kan salah satu perasaan yang dikaruniakan Allah kepada manusia? Kalau sedih di gak usahkan, bukankah itu berarti akan menghilangkan salah satu perasaan yang sudah dikaruniakan Allah kepada manusia?  Padahal, bbanyak sebab dan penyebab dalam kehidupan ini yang membuat rasa sedih dapat muncul menyeruak. Ada kegagalan, kehilangan, sakit, penderitaan, kemalangan, kesialan, ketidakberdayaan, keterpurukan, dan sebab lain yang menyebabkan rasa sedih itu muncul.
Apa kejadian-kejadian kayak gitu terus ditanggapi dengan tertawa gembira, hati bahagia, dan sikap suka cita?
Gak gitu-gitu banget sih....
Betul, sedih memang salah satu perasaan yang dikaruniakan Allah kepada kita selaku manusia. Adanya perasaan sedih pada manusia jelas menunjukkan kemahasempurnaan Allah dalam mencipta.
Manusia menempati posisi makhluk yang dibentuk dengan sebaik-baiknya oleh Allah, yang dilengkapi-Nya dengan kemampuan untuk merasakan berbagai perasaan, termasuk senang dan juga sedih. Meski demikian, manusia gak bisa bebas mengekspresikan perasaannya sebebas-bebasnya, seperti gak bebasnya manusia mengkonsumsi segala sesuatu yang diciptakan Allah, semisal mengkonsumsi daging babi atau meminum khamar. Segalanya ada batasannya; ada aturannya.
Perasaan pada manusia yang bersifat poditif jelas diwajibkan-Nya, sementara perasaan negatif dilarang-Nya.sedih termasuk perasaan yang bersifat negatif.
Allah tentu gak asal melarang begitu saja tanpa sebab. Semua yang diharamkan dan dilarang-Nya jelas untuk kebaikan manusia itu sendiri. Jika begitu, apa, sih,, kebaikan dari meninggalkan sedih? Kenapa sih, Allah melarang kita bersedih?
Sedih dilarang-Nyakarena daya yang dimilikinya bersifat menghentikanbdan bukan menggerakkan. Sedih menyurutkan serta mematikan semangat, memupuskan tekad, dan menutup diri dari harapan. Sedih merupakan satu kondisi yang menjadi kegemaran setan yang dengannya ia akan mudah menggelincirkan manusia dari jalan dan ridho-Nya. Dengan membesar-besarkan perasaan sedih yang dialami manusia, setan akan berusaha membujuk manusia untuk mengingkari nikmat dan karunia-Nya; mengingkari dan menjauhi rasa syukur kepada-Nya; dan mendekatkan pada azab-Nya.
Sedih jauh lebih banyak mendatangkan mudharat dibanding manfaat. Sedih akan menjadi deskruktif bagi jiwa yang merasakannya kalau terus dipanjang-panjangkan dan dipelihara. Perasaan itu akan merambat memasuki “wilayah-wilayah” perasaan negatif lainnya. Sedih bisa memasuki “wilayah” marah, jengkel, iri, dendam, benci, dan aneka perasaan negatif lainnya.

Sedih biasanya berhubungan dengan sesuatu yang dianggap merugkan diri atau tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh hati. Kehilangan, kegagalan, ketiadaan, sakit, penderitaan, kemalangan, kesialan, ketidakberdayaan, atau keterpurukan adalah hal-hal yang memicu munculnya kesedihan. Semula, ia memunculkan ekspresi wajar dari kemanusiaan. Wajar jika orang yang dtinggal mati orang yang dicintainya akan merasa sedih; wajar pula orang yang mengalami kegagalan akan merasa sedih. Namun, kewajaran itu akan dapat berubah menjadi sesuatu yang mengerikan jka rasa sedih itu terus dikobar-kobarkan, dibiarkan berlama-lama mengendap, dan tidak segera dihapuskan dari hati.
Nah, salah satu kiat untuk mengatasi kesedihan adalah merasakan bahwa Allah itu sesungguhnya selalu menyertai. Allah senantiasa hadir dan mengawasi dengan pengawasan Maha Teliti-Nya. Tiada ada sesuatu yang mampu terlepas dari pengawasan-Nya tidak juga seekor semut hitam yang merangkak di atas batu hitam di kegelapan malam; tidak juga selembar daun yang bergoyang lemah sebab tertiup angin yang berhembus perlahan. Allah pasti melihatnya. Pandangan dan pengetahuan-Nya idak tertup sesuatu apapun juga “...Tidak luput pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar dzarrah (atom) di bumi ataupun di langit....”  (QS. Yunus 10:61).
Persoalannya kemudian adalah bagaimana cara menghilangkan kesedihan dengan berpedoman pada bahwa sesungguhnya Allah  menyertai kita? Satu hal yang utama adalah memberi kesadaran dan kepahaman pada diri bahwa Allah itu Maha Berkehendak, Maha Rahman, Maha Rahim, dan Maha Menguasai hai kemudian.
Segala sesuatu  yang terjadi di semesta ini sesuai kehendak-Nya, ia telah menentukannya. Suatu peristiwa yang memicu munculnya kesedihan  pada seseorang adalah karena kehendak-Nya, karena ketentuan-Nya. Jika kesadaran dan pemahaman itu dibangun dalam hati, lantas untuk apa merasa sedih? Ditanggpi denngan hati sedih atau tidak, kehendak-Nya pasti terjadi, ketentuan-Nya pasti mewujud! Perasaan sedih makhluk-Nya tidak akan mampu mengubah kehendak dan ketentuan-Nya.
Yakinlah dalam hati bahwa Allah itu Tuhan yang Maha Mengurus. Segala sesuatu diurus-Nya dengan ketelitian yang maha sempurna. Dalam kepengurusan-Nya, Allah menyertai dengan sifat rahman dan rahim-Nya.
Manusia kerap menanggapi sesuatu yang dihadapinya berdasarkan perasaan dan panca indranya yang sebenarnya terbatas, dengan pengetahuannya yang juga terbatas. Ketika meminum jam atau obat, misalnya, manusia akan langsung menyatakan rasa obat atau jamu itu yang gak enak tanpa memikirkan khasiatnya di belakang hari. Baru, setelah sembuh atau merasa sehat, karena meminum obat atau jamu, manusia baru mengerti arti minum sesuatu yang tidak mengenakkan rasanya pada awalnya itu.
          Perhatikan sabda junjungan kita, Rasulullah Saw:
          “Tidaklah seorang mukmin ditimpa sebuah kesedihan, kegundahan, dan kerisauan, kecuali Allah pasti akan menghapus sebagian dosa-dosanya.”

Terus, masihkah ada cara lain untuk melawan kesedihan yang tengah berkecamuk di hati? Ada, dong. Cara lainnya tersebut yakni berdoa seperti yang diajarkan Rasulullah Saw : “Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal huzni.”
Doa adalah inti ibadah. Doa adalah salah satu butir aturan-Nya yang tegas diwajibkan kepada manusia. Allah adalah Dzat Yang Maha Mulia, yang mustahil mengingkari janji suci-Nya. Jika Dia telah menjanjikan untuk mengabulkan doa yang ditujukan kepada-Nya, maka Dia pasti akan mengabulkannya. Tidak kemustahilan-Nya. Menghilangkan kesedihan yang dialami makhluk-Nya adalah perkara yang teramat sangat sepele bagi-Nya. Amat sangat mudah bagi-Nya untuk melakukannya.
Nah, kalau Allah sudah memberikan janji-Nya, hanya orang ynag gak mau melenyapkan rasa sedihnya saja yang enggan berdoa kepada-Nya. Hanya orang yang gak menyadari ketinggian derajatnya dalam pandangan Allah yang akan menyia-nyiakan tawaran Allah dan lebih memilih tetap berada dalam kubang kesdihannya sendiri. Memahami bahwa Allah senantiasa menyertai, dan berdoa kepada-Nya untuk menghilangkan kesedihan pada diri.
Tips menghilangkan kesedihan:
Memahami bahwa Allah senantiasa menyertai, dan berdoa kepada-Nya untuk menhilangkan kesedihan pada diri.
Good luck,,, Luv U,,,